~ Sudut Pandang Heru Emka
Misteri Perpecahan Bahasa
Semua mungkin saja berawal dari legenda Menara Babil yang kemudian dikaitkan dengan kepunahan bahasa tunggal, yang digunakan manusia pada waktu itu?
Dalam Kitab Injil, misalnya, dikisahkan setelah air bah raksasa menenggelamkan bumi, Raja dari Kerajaan Babilonia memerintahkan untuk membuat Menara Babil, menara yang tertinggi di dunia, dengan puncaknya yang menembus awan.
Menara Babil memang bisa dibangun, dengan hasil yang mencengangkan : membubung tinggi tarusan meter dari permukaan bumi, sehingga ujungnya nyaris menyentuh awan. Keberhasilan ini membuat manusia menjadi sombong. “ Lihatlah, tak lama lagi kita bisa membangun menara yang menembus langit, sehingga kita bisa mencapai sorga,’ kata Raja Babilonia.
Tuhan, yang tak menyukai kesombongan seperti itu, segera mengacaukan bahasa manusia. Pada waktu itu, hanya ada satu bahasa yang digunakan oleh berbagai bangsa yang ada di dunia. Sejak Tuhan marah dan mengacaukan bahasa manusia, semua mendadak tidak bisa memahami bahasa yang diucapkan satu sama lain. Akibatnya manusia jadi saling tidak mengerti ucapan sesamanya. Misalnya, seorang mandor memerintahkan, “ Ambil batu bata yang banyak.” Namun tak seorang pun tukang yang memahami apa yang diucapkan. Tukang yang satu menjawab dalam bahasa yang aneh, tukang lainnya mengatakan perkataan yang tak dipahami rekannya. Akibatnya proyek pembangunan Menara Babil terhenti. Lalu sebuah angin topan besar muncul menderu-deru, merobohkan menara sumber kesombongan itu. Terlebih lagi, sejak saat itu, umat manusia berbicara dengan berbagai bahasa yang berbeda. .
Sebenarnya tidak mudah untuk melacak asal usul bahasa awal yang dipergunakan oleh manusia di dunia. Hingga kini, misalnya, bahkan masih juga tak diketahui bahasa apakah yang dipergunakan oleh Adam dan Hawa. Apakah ini berarti apa yang dikisahkan dalam legenda menara babil tadi benar adanya ? Entahlah. Yang jelas, penemuan huruf (tulisan) justru lebih mudah dilacak. Tulisan yang pertama (tertua di dunia) sudah digunakan oleh bangsa Sumeria di Mesopotamia, empat ribu tahun Sebelum Masehi.
Keturunan mereka, bangsa Sumero-Babylonia, kemudian mengembangkan sistem penulisan hingga seperti yang kita gunakan sekarang ini. Termasuk skala waktu yang membagi satu jam dalam 60 menit, dan satu menit terdiri dari 60 detik.
Perpecahan bahasa yang ada di dunia, menurut para ahli bahasa, sebenarnya bukan disebabkan oleh mintos Menara Babil. Ilmu antropologi budaya, misalnya, menjelaskan bahwa bahasa yang dipergunakan oleh setiap suku di dunia, bermula dari pengucapan dan penyebutan dari apa saja yang ada dan dikenal dari kebiasaan kehidupan sehari-hari mereka. Karena itu untuk beberapa kata dan penyebutan yang agak serupa untuk sebuah makna, misalnya night (malam) dalam bahasa Inggris atau nacht (bahasa Jerman). Namun ada juga yang sama sekali jauh berbeda, misalnya bahasa Jepangnya malam, amat berbeda dengan bahasa Prancisnya malam. Ini karena budaya kedua bangsa ini memang amat berbeda.
Sekarang ini saja, setidaknya ada lebih dari 2 700 bahasa yang berbeda, yang diucapkan oleh semua penduduk di dunia, disertai dengan lebih dari 7 000 dialek yang melengkapinya. Di Indonesia saja, ada 365 bahasa yang berbeda. Sedangkan di Afrika, ada 1,000 bahasa suku yang juga berbeda-beda. Tehukah teman, bahwa bahasa mandarin merupakan bahasa yang paling banyak diucapkan di dunia. Ini wajar saja, karena orang China memang terdapat di seluruh dunia. Baru disusul oleh bahasa Inggris sebagai bahasa terpopuler kedua Namun bahasa yang paling sulit dipelajari adalah bahasa Basque, yang dipergunakan oleh penduduk suku Basque yang berdiam di kawasan barat Spanyol dan di bagian barat laut Prancis.
Indonesia punya 365 jenis bahasa yang berbeda.
Indonesia tercinta kita semua, ternyata juga punya beberapa keunikan yang tercatat dalam percaturan dunia. Tak saja karena negara ini tercatat sebagai negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia, dengan jumlah lebih dari . 216 juta jiwa. Indonesia kita juga memiliki lebih dari 300 suku bangsa, yang mengucapkan 365 bahasa yang berbeda. Di samping bahasa Indonesia yang menjadi bahasa nasional kita, cukup banyak bahasa lain yang menjadi sarana percakapan sehari-hari oleh berbagai suku bangsa kita, seperti bahasa Aceh, bahasa Ambon, bahasa Batak, Bugis, Dayak, Halmahera, Jawa, Minahasa, Sunda, Sasak, Tetum, Toraja dan sebagainya..
Namun, seiring dengan laju perkembangan jaman, jumlah bahasa suku yang masih dipergunakan di Indonesia semakin nenurun jumlahnya. Lembaga ilmiah dunia seperti National Geographic Society dan lembaga khusus yang meneliti bahasa-bahasa di dunia seperti the Living Tongues Institute for Endangered Language,- secara resmi menyatakan bahwa dari begitu banyak bahasa setempat yang digunakan di dunia, rata-rata satu di antaranya menghilang setiap dua pekan. Separuh dari 700 bahasa yang unik di dunia dinyatakan telah musnah.
Data dari Pusat Bahasa menunjukkan, dari 220 juta jiwa penduduk Indonesia yang ada, sekitar 14,8 persen atau sekitar 25,775 juta jiwa menggunakan bahasa ibu (bahasa setempat). Sedangkan 18,7 persen atau sebanyak 38,6 juta jiwa, menggunakan Indonesia. Sisanya memakai daerah dan bahasa asing untuk percakapanan sehari-hari. Menurut Bapak Sukiman, Kepala Bidang Bina Bahasa Pusat Bahasa,- masuknya bahasa asing, terutama bahasa Inggris, ke dalam berbagai ranah kehidupan di Indonesia membuat bahasa daerah perlahan-lahan memudar.
Contohnya cukup jelas. Perhatikan saja, setiap kali ada perumahan baru, pasti perumahan itu dinamakan dengan bahasa Inggris. Begitu juga saat ada mall atau pusat perbelanjaan baru, pasti dinamakan dengan memakai bahasa Inggris. Harusnya dinamakan dengan bahasa Indonesia ya ? Agar bahasa kita jadi semakin berjaya. Syukur bila dinamakan menggunakan bahasa daerah. Menurutmu, apakah ini mungkin terjadi ?
Heru Emka, penyair dan peminat kajian budaya. Tinggal di Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar